Rabu, 09 Maret 2016

Dzarofa

Langkahnya mengayun pelan
Teduh, terpayung awan.
Semburat senyum mengintai malu bagai kilasan
Penantian dari gurat rupawan.

Menangislah denganku di sepertiga malam
Bersama menyelam hingga tenggelam
Dalam kesederhanaan Islam.

Menangislah denganku hingga tersedu
Hingga rasa ragu bertemu malu
Dan rengkuhku redakanmu.

Sayangku,
Menangislah sekeras yang kau mampu.
Aku menunggu di balik pintu,
Sebab tak kuasa menahan rindu
Untuk lantunkan lagi Qur’an bersamamu.

Jogja, 2014.

Kamis, 03 Maret 2016

Laki-laki Pemalu

Aku dan kamu bagai delik
Yang bukan aduan.
Tetap melirik
Walau tak ada keberanian.

Potret malu tertinggal pada jejak kaki
Yang berserak di lantai dekat dinding.
Debu-debu terpatri memaki
Sebab melirik saja tak sebanding dengan bertanding.

Aku suka kamu
Tapi mengumpat malu-malu.
Aku suka kamu
Tapi lidah kelu, membisu.

Ingin rasanya berjabat tangan
Dengan keberanian.
Namun dada terus berdegup
Tak sanggup menutup gugup.

Aku
masih suka kamu.
Aku
Tak mampu melawan malu.

Bekasi, 4 Maret 2016