Kita, dan jutaan orang lainnya, menyadari bahwa jatuh cinta adalah proses bertahap yang mengharuskan pelakunya untuk melalui beberapa fase.
Terbentuknya kesan, misalnya.
Kita baru bisa merumuskan perasaan ketika kesan sudah sepenuhnya terbentuk. Tetapi, yang jadi masalah adalah, kesan hanya terbentuk setelah melakukan pertemuan langsung. Bertatap wajah, saling hadap, dan melebur dalam percakapan intim. Tentu hal ini menjadi percuma bagi mereka yang belum pernah bertemu – atau bahkan hanya melakukan sekali pertemuan – untuk memastikan bahwa dirinya sudah benar-benar jatuh cinta atau belum.
Saya pernah jatuh cinta dengan wanita setelah melakukan sekali pertemuan. Hanya sekali, kesan itu dapat terbentuk rapi. Bagai balok yang mengisi celah kosong pada ruangan. Tertumpuk satu demi satu. Tentu banyak sekali pertanyaan yang menyelubungi kepala sebelum akhirnya yakin bahwa ini benar-benar jatuh cinta.
Secepat itu?
Alasannya apa?
Kok bisa?
Pertanyaan itu saling berbeturan di dalam kepala. Menjemukan. Namun, saya tetap yakin, bahwa antara cinta dan waktu tidak pernah memiliki kaitan. Cinta yang sungguh-sungguh tidak terikat waktu. Jadi, yang saya bayangkan saat itu hanya satu: Ini benar jatuh cinta. Terlepas soal rasa, kesan yang tergores amat mengagumkan. Dia tampak seperti gadis sederhana. Dan saya suka sekali gadis sederhana.
Saya adalah tipikal pria yang hatinya mudah direnggut oleh kesan baik. Pesona kesan mampu melebihi fisik. Wanita cantik kalau bodoh, untuk apa? Bagi saya, kesan adalah yang utama. Maka dari itu, satu kali pertemuan rasanya sudah cukup. Pertemuan kedua dan ketiga, kalau tidak diimbangi dengan kebaikan lainnya, saya rasa akan sangat percuma. Hanya akan memendam kebaikan lain yang sudah tersusun rapi.
Cinta adalah rasa yang mengalir melalui tumpukan-tumpukan kesan. Ciptakan kesan baik dipertemuan pertama, namun jangan lupa untuk tetap menjadi diri sendiri. Cinta yang baik memang tak memiliki kaitan waktu, namun terikat oleh komitmen. Maka dari itu, pertemuan selanjutnya harus dilewati dengan baik pula. Salah-salah, kamu hanya akan terbawa rasa yang mengalir. Sebab kesan yang menjadi dinding penghalang arus sudah runtuh dan hancur berserakan.
Wus,
Ternyata rasa memang harus diimbangi dengan kesan ya.
Bekasi, 5 April 2016